SAAT
KEJUJURAN DITERTAWAKAN
Sebenarnya tulisan ini udah lama ingin gue buat. Cuma karena
banyaknya kesibukan sehingga nggak kesampaian terus buat nulisnya. Lagipula
saat itu gue dalam keadaan emosi. Gue pikir kurang baik menuangkan suatu
pemikiran dalam keadaan emosi.
Kolega Save us, saat gue menulis
ini nggak ada kepikiran buat menyombongkan diri dengan berkata gue nih orang
jujur, dan elo nggak jujur. Nggak ada! Sejujur-jujurnya gue bilang gue masih
jauh dari predikat orang jujur. Kadangkala sebagai manusia gue juga sering
khilaf. Tapi yang jelas, gue percaya kalo jujur itu adalah suatu kebenaran. Dan
kebenaran musti ditegakkan dan diperjuangkan. Gimanapun, nggak peduli elo
dibenci dan dimusuhi, atau bahkan dibunuh. Karena gue percaya mati dalam
kebenaran jauh lebih baik daripada hidup aman dalam kemunafikan. Ah, jadi
kebanyakan ngelanturnya, jadi malah lupa apa yang pengen ditulis tadi….
Kolega Save us, pernahkah kalian nyontek saat ujian? Gue pernah,
dulu, saat gue masih belum begitu paham akan islam. Tapi kini insya Allah nggak
lagi. Hey, kenapa pandangan kalian jadi berubah kayak gitu! Kalian nggak
percaya, atau kalian nganggap tidak menyontek adalah suatu hal yang aneh? Maka
bila kalian berpikir demikian, maka sungguh kalianlah yang aneh.
Trus pernahkah kalian menyontekkan hasil jawaban kalian ke orang
lain? Kembali sorotan mata tajam terarah ke gue. Mata sinis itu, dan cemoohan
itu. Yep, karena itulah gue jadi bela-belain menuliskan tulisan ini.
Kolega Save us, gue selalu aja menghindar kalo saat ujian ada temen
yang nanya atau minta dicontekin. Gue selalu pura-pura cuek, atau cari-cari
alasan yang pada intinya menolak memberikan contekan. Agak risih memang dan
rasanya emang nggak enak menolak permohonan teman. Hingga akhirnya suatu ketika
pada saat ujian, seorang teman mencak-mencak, karena gue nggak mau mencontekin
jawaban ujian gue. Saat itu, asli, perasaan gue nggak menentu. Gue tumpahkan
kekesalan gue ke teman-teman yang lain. Gue bilang gue tetap pada pendirian
gue, gimanapun gue ingin berpegang teguh pada prinsip, bahkan gue bilang gue
berani mati demi prinsip tersebut. Nggak nyangka, respons dari teman gue malah
ngetawain pendapat gue, padahal gue saat itu betul-betul serius. Asli, hati gue
saat itu terluka dan dangan majas hiperbola gue katakan hati gue remuk
berkeping-keping. Bukan! Bukan karena guenya yang ditertawakan. Gue sakit hati
karena mereka mentertawakan kejujuran! Mentertawakan kebenaran!!
Kolega Save us, Allah memerintahkan kita berbuat jujur. Banyak ayat
AlQur’an dan hadits yang menunjukkan demikian. bahkan dalam suatu hadits,
Rasululullah mengatakan bahwa salah satu ciri orang munafik adalah berdusta.
Nggak hanya itu, Allah juga mengharamkan perbuatan curang. Karena itu musti
kita pahami bahwa ketika kita berbuat jujur, semata-mata karena itu adalah
perintah Allah, bukan karena adanya standar manfaat dari kejujuran tersebut.
Sepakat?!
Selain itu Allah juga memerintahkan kita tolong menolong dalam
berbuat kebaikan dan melarang kita
tolong-menolong dalam berbuat keburukan. Firman Allah:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa, dan
janganlah kamu tolong-menolong dalam keburukan dan dosa” (QS AlMaidah:2)
Dari ayat di atas jelas, bila itu perbuatan keburukan baik yang
menolong maupun yang ditolong memiliki status yang sama, sama-sama berdosa.
Makanya gue berprinsip mencontekkan orang lain sama dosanya dengan
mencontek itu sendiri. Bahkan bisa jadi memberi contekan dosanya lebih besar.
Karena dengan memberi contekan, kita telah memberi kesempatan orang lain untuk
berbuat dosa.
“Ah, berlebihan loe. Contek-mencontek aja dibikin masalah. Gue rasa
perbuatan itu wajar-wajar aja. Loe sendiri juga pasti pernah mencontek!!”
mungkin ada diantara kalian yang berpikiran kayak gitu.
Kolega, gue rasa penuturan gue nggak berlebihan. Mencontek gue rasa
adalah suatu masalah yang nggak bisa dianggap sepele. Ketika guru atau dosen
telah memberikan ujian dan mengakadkan tidak boleh mencontek, buka buku dan
lainnya, maka apabila kita mencontek maka kita jelas telah berbuat tidak jujur
dan telah curang. Beda halnya bila akad awalnya memang diperbolehkan mencontek.
Sehingga dalam hal ini haramnya mencontek sama aja status haramnya dengan
daging babi, haramnya berzina, atau haramnya membunuh. Karena dalam islam nggak
dikenal istilah sedikit haram, agak haram, atau sangat haram. Pokoknya kalau
Allah telah melarang sesuatu, nggak ada alasan buat kita memilih-milihnya atau
membuat skala prioritasnya. Jadi sekali lagi sama sekali nggak berlebihan!
Trus yang bilang contek mencontek adalah wajar-wajar aja…, maka
inilah jawaban gue: Apakah hanya karena banyak orang yang melakukan, dan itu
sudah jadi tradisi, maka kita dengan seenaknya menganggap itu sebagai hal yang
wajar. Trus seandainya suatu ketika zina menjadi tradisi, maka dengan entengnya
kita juga bakal menyebutnya sebagai sesuatu yang wajar. Apakah karena banyak
orang yang melakukan maka itu menjadi legitimasi terhadap kebenaran perbuatan
tersebut. Nggak sobat, perbuatan yang haram nggak boleh dianggap wajar. Adalah
kurang ajar bila kita memberikan predikat wajar pada sesuatu larangan Allah.
Kemudian tentang gue sendiri pasti pernah mencontek…. Bukankah
diawal-awal sudah saya tegaskan: iya, gue pernah mencontek. Tapi gue berusaha
dengan sekuat tenaga untuk tidak lagi mencontek atau mencontekkan. Lagipula,
apa jika gue juga seorang pencontek maka status hukum mencontek akan berubah,
atau apakah itu akan jadi legitimasi bagi loe buat mencontek juga. Betapa
naifnya elo bila begitu….
“Sebentar… sebentar… perbuatan tidak jujur kan tidak hanya mencontek….
Nah, gue juga pernah ngeliat elo misalnya berdusta, atau berbuat curang….”
Yup, seratus buat loe! nggak cuma masalah contek-mencontek. Tapi gue
pengen aja nulis panjang lebar tentang masalah itu. Mengenai gue, di awal-awal
gue kan udah bilang (aduuuh! Baca lagi dah mulai awal) kalo gue masih jauh dari
predikat sebagai orang jujur. Kadang gue juga khilaf, misalnya berbohong dan
lain sebagainya. Cuma gue yakin akan kebenaran, kalo gue tidak jujur Allah
benci ama gue, dan gue bakal disiksa ntar di akhirat dan kalo gue jujur Allah
bakal ridla ama gue. Jadi sedapat mungkin gue belajar jadi orang jujur. Dan gue
rasa nggak salah kalo dalam keadaan yang masih jauh dari kesempurnaan ini, gue
mengajak orang lain untuk berbuat jujur. Terus terang gue kurang sependapat
dengan pernyataan yang bilang jangan mendakwahi orang kalo elo sendiri belum
sempurna. Lihat diri loe dulu dong! Nah, kalo semua orang berpikir kayak gitu
maka risalah islam ini hanya sampai di segelintir orang seperti sahabat-sahabat
Rasul aja. Soalnya semua orang merasa dirinya tidak sempurna dan tidak pantas
untuk berdakwah.
Kalo makai perasaan emang sulit. Terkadang kita berada dalam kondisi
kepepet. Kalo nggak mencontek bisa-bisa nilai kita hancur dan nggak lulus. Trus
misalnya kalo tidak memberi contekan kita bakal dimusuhi, nggak enak sama
teman, dibilang sombong atau mau pinter sendiri, atau macem-macem. Ya..itu
tadi, seperti kasus yang gue ceritain di awal, teman gue yang nggak gue
contekin mencak-mencak (Padahal sebenarnya kalo dia tahu, gue sendiri saat itu
dalam keadaan ‘blank’ hanya sedikit yang bisa gue jawab, sisanya kosong atau
kalo terisipun jawabannya asal). Tapi percayalah sobat, semua hal diatas: nilai
hancur, nggak lulus, dibilang sombong, dimusuhi… nggak ada artinya bila
dibandingkan dengan murka Allah bila kita berbuat sesuatu yang dilarang-Nya.
Terlalu tidak berharga apabila kita menjual keyakinan kita hanya untuk seonggok
kenikmatan dunia yang sesaat.
Kolega Save us. Gue nggak terlalu berharap loe –dengan selembar
kertas lecek potokopian buram ini- bakal berubah. Gue juga nggak peduli apakah
sehabis loe baca tulisan ini loe nyumpah-nyumpah, ngetawain gue, merobek kertas
ini, atau membuangnya ke tempat sampah, dijadikan coret-coretan,
pesawat-pesawatan, atau malah dijadikan kertas kerpean buat ujian. Gue nggak
peduli! Gue ikhlas kok. Yang jelas sekarang gue telah punya jawaban bila kelak
di akhirat Allah menyidang gue “Ya Allah saksikanlah, hamba-Mu yang hina ini
telah menyampaikan”.
Bagus nih jadi pelajaran... Kunjungi juga http://ldkhumaniora-pnup.blogspot.co.id/
Kak gimana hukumnya kak jika guru yang nyuruh kita untuk kasi contekan sama teman kita karna kata guru saya itu kita harus bekerja sama karna sifat kerja sama yang kita butuh kan begitu katanya ?mohon penjelasannya ya kak